Penyakit demam berdarah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Kendati gencar didengungkan, kasusnya hingga kini masih tetap tinggi, terutama pada anak-anak. Untuk itu, perlu pengetahuan prosedur penanganan demam yang tepat.
DEMAM berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masuk dan bersiklus di dalam tubuh nyamuk.� Si belang� aedes aegypti adalah biang penyebar penyakit mematikan ini. Hidup bersih dengan tidak membiarkan ada satu pun jentik nyamuk di rumah dan lingkungan sekitar merupakan upaya pencegahan terbaik.
Perlu diingat, DBD bisa mengancam setiap saat dan tak lagi kenal musim, Dokter umum dan kolumnis kesehatan dr Handrawan Nadesul mengatakan, pihak medis belum mampu melawan virus dengue, sebab obat untuk virus penular DB ini belum ditemukan.� Namun, pada dasarnya DBD dapat ditanggulangi kalau tidak terlambat mendapat pertolongan medis. Hanya sebagian kecil kasus yang tergolong parah atau dengue shock syndrome,� ujarnya.
Agar tidak terlambat, masyarakat perlu diajarkan mengenali penyakit dan gejala DBD lebih dini, seperti demam, kebocoran pembuluh darah, perdarahan dan pembesaran hati. Selain itu, bekali diri dengan pengetahuan tata laksana penanganan demam yang tepat. Dengan begitu orangtua tak perlu panik jika anaknya telanjur terkena demam.
Gejala demam bisa terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2�7 hari. Demam pada penderita DBD sering disebut demam pelana kuda, sebab suhu tubuh penderita cenderung turun-naik (3 hari panas, hari ke-4 turun, dan naik lagi pada hari ke-5). �Perubahan suhu ini sering kali mengecoh para ibu. Saat suhu tubuh anak yang tadinya tinggi lalu menurun, si ibu mengira si anak sudah sembuh. Padahal bisa jadi anak mengalami shock,� kata spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM dr Hindra Irawan Satari Sp A (K) MTrop Med.
Fase infeksi dengue terbagi tiga, yaitu fase demam, kritis, dan penyembuhan. Pada fase demam, ibu bisa melakukan beberapa terapi demam seperti pemberian obat penurun panas, kompres hangat,dan terapi suportif melalui pemberian oralit, larutan gula-garam, jus buah dan susu. �Tidak harus jus jambu merah, yang penting pastikan anak mendapat asupan cairan dengan cara minum. Jika anak bisa buang air kecil setiap 4�6 jam, itu bisa jadi indikator bahwa cairannya sudah cukup. Selain itu, ukur suhu tubuhnya setiap 4�6 jam,�ungkap Hindra.
Dari ketiga fase tersebut, yang paling krusial adalah penanganan pada fase kritis. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 perjalanan penyakit, dan berlangsung 24�48 jam. Obat antidemam tidak lagi diberikan pada fase ini. Tata laksana yang umum dilakukan adalah dengan mencatat tanda vital serta asupan dan keluaran cairan; memberikan oksigen pada kasus yang disertai shock; menghentikan perdarahan, kecuali kalau hanya mimisan tidak masalah; serta menghindari tindakan yang tidak perlu (misalkan pemberian obat atau zat-zat yang bisa menimbulkan traumatik).
Perlu diingat, DBD bisa mengancam setiap saat dan tak lagi kenal musim, Dokter umum dan kolumnis kesehatan dr Handrawan Nadesul mengatakan, pihak medis belum mampu melawan virus dengue, sebab obat untuk virus penular DB ini belum ditemukan.� Namun, pada dasarnya DBD dapat ditanggulangi kalau tidak terlambat mendapat pertolongan medis. Hanya sebagian kecil kasus yang tergolong parah atau dengue shock syndrome,� ujarnya.
Agar tidak terlambat, masyarakat perlu diajarkan mengenali penyakit dan gejala DBD lebih dini, seperti demam, kebocoran pembuluh darah, perdarahan dan pembesaran hati. Selain itu, bekali diri dengan pengetahuan tata laksana penanganan demam yang tepat. Dengan begitu orangtua tak perlu panik jika anaknya telanjur terkena demam.
Gejala demam bisa terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2�7 hari. Demam pada penderita DBD sering disebut demam pelana kuda, sebab suhu tubuh penderita cenderung turun-naik (3 hari panas, hari ke-4 turun, dan naik lagi pada hari ke-5). �Perubahan suhu ini sering kali mengecoh para ibu. Saat suhu tubuh anak yang tadinya tinggi lalu menurun, si ibu mengira si anak sudah sembuh. Padahal bisa jadi anak mengalami shock,� kata spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM dr Hindra Irawan Satari Sp A (K) MTrop Med.
Fase infeksi dengue terbagi tiga, yaitu fase demam, kritis, dan penyembuhan. Pada fase demam, ibu bisa melakukan beberapa terapi demam seperti pemberian obat penurun panas, kompres hangat,dan terapi suportif melalui pemberian oralit, larutan gula-garam, jus buah dan susu. �Tidak harus jus jambu merah, yang penting pastikan anak mendapat asupan cairan dengan cara minum. Jika anak bisa buang air kecil setiap 4�6 jam, itu bisa jadi indikator bahwa cairannya sudah cukup. Selain itu, ukur suhu tubuhnya setiap 4�6 jam,�ungkap Hindra.
Dari ketiga fase tersebut, yang paling krusial adalah penanganan pada fase kritis. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 perjalanan penyakit, dan berlangsung 24�48 jam. Obat antidemam tidak lagi diberikan pada fase ini. Tata laksana yang umum dilakukan adalah dengan mencatat tanda vital serta asupan dan keluaran cairan; memberikan oksigen pada kasus yang disertai shock; menghentikan perdarahan, kecuali kalau hanya mimisan tidak masalah; serta menghindari tindakan yang tidak perlu (misalkan pemberian obat atau zat-zat yang bisa menimbulkan traumatik).
0 komentar:
Posting Komentar